27.4.13

Nasibku (Pahlawan)


Dulu aku adalah 
PEJUANG 
sekarang aku menjadi 
GELANDANGAN 
di Negaraku sendiri yang darah dan nyawaku pernah ku pertaruhkan pada bangsa ini.

26.4.13

Risih dan Tertekan

Dalam hati aku jd gerutu. Mesti apa aku, apa hrs tiap detik kirim and balas pesanmu 'Mat siang, malam, sore, and bla bla bla' sperti mesin waktu kau memburuku?

22.4.13

Salahkah jika diri hanya berusaha selalu benar ?

Night Friends,
∂ķΰ pengen curhat dikit nih..
Kupikir hari ini sih aman-aman ªjª, tp ternyata di penghujung malam ini dateng deh pengacau jalannya tidurku menuju mimpi indahku. Tau siapa ???

19.4.13

Hapus Semua Jasamu !

Morning Friends, 

Ini pagi aku ngrasa bete banget. Kata anak sekarang sih ini yang namanya bete tingkat DEWA ! Bete se bete-betenya pokoknya dech.

18.4.13

Kacau.. !!!

Good Morning, buat semua aje ye..

Ini pagi, aku ada cerita tentang iseng-iseng berhadiah. HIHII .. 
Aku emang udah lambreta punya akun Yahoo Answer, tapi belom pernah dipake gitu. Trus tadi nyoba aja bikin pertanyaan, apa bener tar ada yang jawab...

17.4.13

(bukan) QUOTES

Perjuangan itu bagaimana kita bisa sama-sama rasa, bukan buat menjembatani individu jadi elit politik.
  
Banyak orang sekarat...secara ekonomi. Begitu pula, banyak orang amnesia...secara tatakrama. 
Lalu ɑƿâ makna hidupmu ?!!

 Siapapun dia, jika tidak konsekuen dengan perkataannya, akan menjadi lawan ku...!!!

 Jangan suka gegabah dalam berbicara dan bertindak. Jika tidak mau dikatakan duri dalam daging.

Iso ngunekke, kudu iso mbenerke !

16.4.13

TIPE - TIPE ORANG MENYEBALKAN dan DIMANA MEREKA BEREDAR

Sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat yang majemuk, kamu tentu saja harus bersinggungan dengan berbagai jenis tipe manusia.Gak semuanya asik dan bisa diajak bro bro-an. Beberapa malah nyebelin dan minta dilindes pake truk pelan-pelan atau diiket telanjang di pohon dan dilumurin madu. Apakah kamu pernah bertemu dengan salah satu dari daftar dibawah ini? Atau kamu malah salah satunya? 

15.4.13

Kekerasan adalah Kebiadaban

“Kekerasan oleh dan kepada siapa pun, kapan dan di mana pun, adalah kebiadaban. Celakanya, pemerintahan negeri ini macam dodol garut yang lembek ketika menghadapi kasus-kasus kekerasan seperti itu. Bahkan acap kali berkesan menutup mata, menutup telinga,” ujar kluprut menahan geram.

“Jangan omong ngawur. Negeri ini negeri hukum. segala sesuatu mesti diatasi lewat jalur hukum,” sergah saya. Tak kalah geram, lantaran sohib saya ini nyaris selalu insinuatif.

KATA BIJAK ALA ANIME

  • "Bisa bersama dengan seseorang, walaupun tidak melakukan apa2, adalah momen yang sangat berharga." (miki nakahara - girls love story)
  • "Terkadang kita itu harus diam dan mencoba untuk menjadi pendengar yang baik." (Kisame - Naruto)
  • "Hal yang paling kubenci adalah orang yg menginjak-injak niat baik orang lain!" (Light Yagami - Death Note)

Pajak

 

Orang pintar taat pajak,
Orang bodoh makan pajak,
Orang bijak tidak diajak,
Orang waras membajak pajak.

Darah Juang (pesan ibu)

Tatkala aku menyarungkan pedang dan bersimpuh di atas pangkuanmu, tertumpah rasa kerinduanku pada sang Ibu. Tangannya yang halus mulus membelai kepalaku, bergetarlah seluruh jiwa ragaki. Musnahlah seluruh api semangat juangku.

Namun sang Ibu berkata ”Anakku sayang, apabila kakimu sudah melangkah di tengah padang, tancapkanlah kakimu dalam-dalam dan tetaplah terus bergumam sebab gumam adalah mantra dari dewa-dewa, gumam mengandung ribuan makna.”

Teriakan anti Liberalism

Jangan teriak anti liberalism jika masih melakukan praktek~praktek liberal. 
Apabila tidak mau disamakan dengan para penjual ayat~ayat Tuhan.

14.4.13

Sejarah Kata: "Bajingan"

“Bajingan!”


Emang ya..kita sering banget denger itu kata dilingkungan kita, bahkan mungkin malah kita juga pernah tuh dikatain orang dengan kata Bajingan itu. Tapi....*ups jangan berpikir (-) dulu, disini aku mau cerita tentang sebuah artikel dari Kompasiana tentang asal usul kata Bajingan itu tadi. Hihihii

Dalam artikel itu ditulis, 
Bagi masyarakat umum kata bajingan ini sudah termasuk kata yang buruk, kasar atau tidak sopan. Namun tahukah anda apa sebenarnya arti katabajingan? Kenapa bisa jadi sebuah kata umpatan? Ternyata ada sejarahnya sendiri, walau saya juga tidak tahu cerita ini ’shahih’ atau tidak.
Bajingan ternyata sebuah profesi, yaitu pengemudi gerobak sapi atau kusir gerobak yang ditarik oleh sapi. Kenapa profesi yang cukup baik ini menjadi sebuah kata umpatan? Konon, dulu di Jawa dulu ada cerita, pada masa dimana kendaraan belum banyak, masyarakat yang ingin bepergian ke kota untuk urusan dagang, atau sekedar mejeng dan sebagainya mengandalkan transportasi gerobak sapi ini, dengan ikut nebeng.
Karena jam lewatnya tidak tentu, pagi, siang, sore, bahkan malam hari, kadang yang menunggu berjam-jam jadi tidak sabar,”Bajingane kok suwe temen!” atau “Tekane suwe temen sih bajingan!” yang berarti lama banget bajingan datangnya.
Dari sini terus ada pergeseran arti bajingan. Dahulu pun kata bajingan digunakan untuk menggambarkan keterlambatan seseorang atau sesuatu. “Suwe temen sih kaya bajingan!”. Lama bener sih seperti bajingan!

Ternyata eh ternyata seperti itu tooooh...
Saat ini kata bajingan, yang sejak kecil aku denger and kupikir terinspirasi dari hewan bajing, udah jadi kata yang umum untuk mengumpat seseorang saat kita merasa kecewa dengan orang tersebut. Udah sangat jauh dari arti sebenarnya dahulu kala. Unik ya...

Sumber : Kompasiana

11.4.13

Saat Virus Gemuk Melanda

Wah .. sekarang tambah gemuk ya ?
Wah .. sekarang gemukan ?
Wah .. tambah cubby !
Wah .. gendutan ???
Wah, wah and wah dengan embel-embel kata gemuk, gendut dibelakangnya itulah yang akhir-akhir ini paling sering aku denger ditelingaku. #it’s soooooo menyebalkan!

Aku juga bingung kok setiap ketemu orang / temen / sodara and ext, mereka kebanyakan bilang aku tambah gemuk. Tapi, iya sie aku akuin hampir smua celana and bajuku uda gak muat #tapi masih ad kok yang masih bisa dipake. Menurut beberapa orangtua ada juga yang bilang aku ga gendut cuma sedikit berisi aja. Percaya dech kalo sama yang tua-tua, nggak nge-judge aku dan bilang aku gendut. (nyemangati aku, biar ga terpuruk...*halah bahasanya :P

Oooyaaa emang salah ya kalau kita gendut, emang ada aturannya dilarang 'ndut...di kitab hukum yang mana?? pasal brapa?? ayatt brapa???
Kata orang nih, penampilan bukanlah segalanya, toh ntar juga tua jelek. Yang penting itu hati,, setua apapun hati kita musti tetep indah and gak keriput. #Bener sih..
Cuman..yang namanya impian pengennya sampe tua tetep cantik and punya badan yang oke. Minimal proporsional gitu, kayak aku dijaman SMA. Jadi banyak gebetan hahahaaa..
Tapi bener loh, di SMP aku terpilih masuk anggota Pleton Inti (Tonti) dari seleksi gitu. And tiap hari setelah jam sekolah selesai, dilanjut les sekolah and sorenya langsung latihan tonti gitu lewat jalan raya jauuuuuh banget. Apalagi kalau mau ikut lomba, pastinya intensitas latihan jadi double dan kadang juga sampe make jam belajar sekolah. Bahkan pulang dari sekolah itu bisa sampe Maghrib. Hadeeeh kebayang khan gimana capeknya ? Mana sekolah jaraknya jauh amat sama rumah pula. 

Kalo waktu SMA sih aku langsing (seriusss loh). Entah kenapa aku juga kurang ngerti penyebabnya. Masa itu emang paling berwarna di hidupku, karena eh karena…aku banyak gebetan. #hahaa cihuy. Bahkan terakhir setelah aku kuliah pun, aku juga bisa pacaran sama mantan cowo’nya temenku diwaktu SMA. And ternyata do’i emang udah naksir sejak dia masih pacaran sama temenku. #hebat kan? Cuma sayang, hubungan kami gak lama coz kesibukan do’i sebagai pegawai bank “M” yang di Indonesia lagi dibilang bank yang Terbaik itu loh. #tau kan yang aku maksud? Pastinya! Disisi lain juga, aku dari dulu emang kurang nyaman dengan cowo’ yang punya posisi sama dengan aku, yaitu sebagai anak tunggal. Prinsipil aja buatku. Mungkin buat kebanyakan orang malah enak dapet anak tunggal, bisa ngeraup semua warisan tunggal. #ups, aku gak gitu lhooo. Aku lebih pilih cowo’ yang punya sodara kandung, biar idup makin berwarna, banyak sodara..kan aku tunggal gak punya sodara kandung..gituu. 

Yaaah..gitu deh. Dari kilas balik kegiatanku diwaktu SMP itu, aku baru nyadar kalau capek yang aku keluhin dulu itu, sebenarnya punya dampak yang sangat baik buat aku, buat badanku. Selain sehat, karena mirip olahraga..juga bisa bikin body oke tuh. Kalo sekarang, kagak ada kegiatan macam itu lagi. Paling cuma jalan-jalan aja, ntar sambil jajan makanan, pulang dimakan, and bukannya kurusan tapi malah nambah gemuk. Huft..
Ternyata aku kangen masa-masa itu… HIkS. Do’akan ya teman, semoga badanku bisa kembali seperti dulu lagi yang proporsional. Amiiiiiin…
oke segitu dulu ya, celotehku pagi ini. Makasih udah ngeluangin waktu buat baca-bacanya.. See yaaa….

8.4.13

Tepa Selira

Manusia sudah dibiasakan mengukur. Untuk mengukur dibutuhkan alat ukur. Yang diukur pun macam-macam. Bisa berat,
volume, kadar, panjang dan lain-
lain. Sehingga kita kenal satuan
ukuran kilogram, meter, liter,
karat, sendok makan, sendok teh,
dan masih banyak lagi.
Ukuran panjang juga bisa macam-
macam. Yang paling umum kita
kenal “meter”. Tapi ditempat lain
ada “inci”. Bahkan dulu kita kenal
“elo” dan “hasta”. Anak kecil yang
bermain-main di halaman pun juga sekali-sekali mengukur. Misalnya dengan “jengkal” atau “langkah”. Masalah mulai timbul karena ukuran “jengkal” dan “langkah” tiap anak tidak sama. Yang lebih gede pasti “jengkal” dan “langkah”nya akan lebih panjang.
Semakin maju manusia, yang
diukur pun semakin rumit. Dengan
semakin berkembangnya Iptek,
manusia sekarang mampu mengukur jarak bumi ke bulan,
planet, matahari, bahkan bintang-
bintang di galaksi lain. Pendek kata
hampir semua yang terhampar di
alam raya ini sudah bisa diukur.
Sayangnya ada satu hal amat
penting yang kemudian seolah-olah terabaikan, yaitu perasaan hati. Repotnya perasaan hati ini alat ukurnya tidak dijual di toko dan tidak mungkin diproduksi di pabrik manapun.

TEPA SELIRA
Sebenarnya Tuhan sudah menganugerahi kita semua dengan alat ukur batin yang canggih, yang kita kenal dengan
sebutan “tepa selira”. “Tepa” adalah ukuran atau timbangan dan “selira” adalah badan. Jadi pengertian harfiah “tepa selira” adalah mengukur badan manusia dan yang digunakan sebagai alat ukur juga badan manusia sendiri. Adapun definisi operasionalnya adalah “Seandainya kita ingin melakukan sesuatu kepada sesama manusia, untuk tahu enak atau tidak enaknya, ya harus diukur (di”tepa”) dengan alat ukur satu-satunya yang ada, yaitu diri kita sendiri. Pelaksanaan operasional yang. paling sederhana adalah: Kalau kita tidak suka diperlakukan seperti itu, ya jangan begitu.

Tepa selira adalah alat ukur yang
amat halus, sehingga hanya dimiliki oleh orang yang punya perasaan halus. Orang yang punya rasa kasih sayang dengan sesamanya. Orang yang suka menolong dan tidak tega membuat susah orang lain.

MANUSIA YANG TIDAK TAHU UKURAN
Tepa selira bisa punya dua arti: (1)
Tepa selira untuk orang lain, yaitu
menerapkan perlakuan untuk orang lain sesuai ukuran diri kita, dan (2) Tepa selira untuk diri sendiri, yaitu melakukan sesuatu untuk diri kita sesuai kapasitas fisik dan mental kita.
Orang yang tidak mampu
menerapkan ukuran untuk diri
pribadi (2) sudah barang tentu akan memperoleh kesulitan untuk
menerapkan sesuatu kepada orang
lain (1). Beberapa contoh tepa
selira untuk diri sendiri dapat
dipirsani di bawah ini:
1. Bekerja keras itu baik. Tetapi
bekerja melampaui batas pada
akhirnya akan merugikan diri
sendiri.
2. Demikian pula makan, tidur dan
bersenang-senang yang melampaui batas tidak akan baik bagi diri kita.
3. Hobi itu baik. Tetapi kalau
kemudian terlalu kecanduan juga
menjadi tidak baik.
Orang yang tidak mampu “tepa
selira” untuk orang lain akan
menjadi sewenang-wenang, lebih-
lebih kalau ia seorang pimpinan.
Oleh sebab itu Sri Mangkunegara
III memberikan wasiyat: Yen
parentah wong, sarat kudu nglakoni dhisik. Maksudnya supaya bisa tepa selira, tahu empan papan.

MANUSIA YANG TAHU UKURAN
Panas badan dapat diukur dengan
termometer, tetapi termometer
tidak bisa digunakan untuk
mengukur panasnya hati. Alat ukur
panas hati adalah “tepa selira”. Alat ukur meningkatnya tekanan gas adalah manometer. Tetapi apakah alat ukur untuk meningkatnya tekanan hawa nafsu? Kembali “tepa selira” adalah jawabnya.
Orang yang memiliki rasa tepa
selira, sekalipun hatinya panas dan
nafsu amarahnya meningkat, pasti
mampu menempatkan perasaannya, sehingga ia tidak tega berbuat kasar sekalipun ia benar.

TEPA SELIRA DAN KEMAJUAN
JAMAN
Abad ke 21 sekarang ini disebud juga era perubahan, era globalisasi, era persaingan dan masih banyak lagi era era yang lain. Yang jelas manusia semakin maju, semakin berubah dan banyak semakin semakin yang lain pula. Yang semakin baik dan yang semakin buruk dua-duanya maju sama cepatnya.
Menggaris bawahi “kemajuan hal-
hal buruk” dalam diri manusia, hal
ini antara lain karena hilangnya
“tepa selira” dalam kompetisi yang
tidak sehat. Misalnya dalam
mengejar keunggulan dan
keluhuran. Keunggulan maupun
keluhuran dimaksud hendaknya
dicari dan kalau perlu dikejar
dengan cara yang baik, bukan
direbut dari orang lain dengan cara yang tidak betul.
Hanya orang yang sudah memiliki
sifat “waspada” yang dikerata-basakan menjadi “awas” ing “pada” (“Pada” adalah tempat berhenti) yang mengerti kapan dan bagaimana ia harus bersikap dengan menggunakan alat ukur
batinnya yang peka, yaitu “tepa
selira”. Mudah-mudahan
kemampuan mengukur batin ini
masih belum tertinggal dan
ditinggalkan.

6.4.13

www.ngeles.com

Manusia normal selalu berusaha untuk cari alasan agar tidak dipersalahkan. Apalagi pejabat bahkan bisa gunakan stafnya agar mencari berbagai aternatif alasan ngeles meski sudah jelas - jelas salah.

Mungkin karena potensi ngeles besar banyak pengacara jadi terkenal dan kaya raya. Jadi kepiawaian ngeles bisa menjadikan orang menjadi kaya raya. Namun tidak selamanya untuk disegani.

Kesimpulanya jika ingin menjadi pejabat besar maka belajarlah ilmu Ngeles. Karena hingga kini ilmu kejujuran belum terlau diperlukan di negara ini. Ngeles masih menduduki rangkin satu sebelum berhadapan dengan hukum. Bahkan paling parah kadang ngeles juga menjadi benar ketika hukum bisa dibeli. Boleh jadi ekstrim namun itulah sebenarnya yang terjadi ngeles kadang menjadikan orang besar. Istilah sepandai-pandai tupai melompat akan jatuh juga tidak menjadi masalah lagi . Bayangkan sudahpun jatuh toh tidak ada yang menertawainya. Maka jika ada pejabat yang suka ngeles ketahuan juga sepertinya sudah tidak malu lagi. Apalagi pihak yang harusnya bisa memberikan terguran atas kebiasaan buruk itu malah diam dan bahkan mau diperbudak . Maka kelakuan ngeles akan semakin menjadi-jadi. Di tingkat lokal bisa-bisa saja melakukan pembohongan namun ketika ditingkat media Nasional maka akan menjadi babak belur ketika banyak mata menilai itu saatnya terjatuh secara moral dan kebenaran. (Chief Of Editor)

Dikutip :
mediadairipers.blogspot.com/2013/02/ngeles-dot-com.html?m=1

5.4.13

Tarung Twitter ala X-Factor

"Ъќ suka, ºќe....ôǩë.
Kritik, boleh.
Tapi BULLY itu KRIMINAL ! "
-Anggun C. Sasmi-

"... itu sih karna mereka Ъќ berani di dunia nyata, hanya berani di dunia maya."
-Ahmad Dhani-

3.4.13

Sawang Sinawang

... itulah hidup “sawang sinawang” yang mampu untuk mengaplikasikan dalam kehidupan.
Karna itu “ Lihatlah apa yang dikatakan tapi jangan liat siapa yang mengatakan. ”

Apa yang disebut MULIA

Tindakanmu mengajarkan kesederhanaan, bahwa hidup bukan karena harta. Tapi tentang kemuliaan, sebelum ibumu mengenalkan kata sukses mulia. Dia ibuku sudah mengajarkannya lebih dahulu dalam perjalanan hidupnya.
Kami bukan keluarga kaya, kami hanya hidup cukup. Cukup utk bersyukur, karena ia selalu besyukur kpd Allah. Ia tak pernah merasa kekurangan.

Populer

Menjadi populer memang memiliki daya tarik tersendiri. Namun hrus diingat, popularitas sesungguhnya tidak dicari lewat sensasi. Popularitas semestinya trlahir dri prestasi. Namun sblum meraihnya kta harus mengenal ilmunya. Bergurulah pda mereka yg berilmu. Sebab mereka yg populer blm tntu brilmu, dan mrka yg brillmu pun blm tntu populer.

1.4.13

Terkadang...

Terkadang aku menulis untuk melewati malam
Terkadang aku menulis untuk
membalas dendam
Terkadang hanya untuk menghapus sesal
Terkadang aku menulis untuk membuang penat
Terkadang aku menulis untuk meluapkan amarah
Terkadang aku menulis untuk membagi kisah
Terkadang aku menulis untuk mengenang seseorang
Terkadang aku menulis untuk membagi kegembiraan
Terkadang..
Terkadang karena aku pun lelah bergumam

Malu kah dirimu ?

Rasa malu terpuji selanjutnya adalah malu dengan sesama manusia. Malu inilah yang mengekang seorang hamba untuk melakukan perbuatan yang tidak pantas. Dia merasa risih jika ada orang lain yang mengetahui kekurangan yang dia miliki.

Rasa malu dengan sesama akan mencegah seseorang dari melakukan perbuatan yang buruk dan akhlak yang hina. Sedangkan rasa malu kepada Allah akan mendorong untuk menjauhi semua larangan Allah dalam setiap kondisi dan keadaan, baik ketika bersama banyak orang atau pun saat sendiri tanpa siapa pun yang menyertai.

Rasa malu kepada Allah adalah di antara bentuk penghambaan dan rasa takut kepada Allah. Rasa malu ini merupakan buah dari pengenalan terhadap Allah dan keagunganNya. Serta menyadari bahwa Allah itu dekat dengan hamba-hambaNya, mengawasi perilaku mereka dan sangat paham dengan adanya mata-mata yang khianat serta isi hati nurani.

Adapun malu yang tercela adalah malu di hadapan manusia ketika menjalankan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Misalnya, malu untuk menyampaikan kebenaran dan menuntut ilmu, atau pun dalam menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, malu memakai jilbab yang syar’i, dan malu mencari nafkah untuk keluarga karena dirinya bukan seorang bos.

Qadhi ‘Iyadh rahimahullah dan yang lainnya mengatakan, “Malu yang menyebabkan menyia-nyiakan hak bukanlah malu yang disyari’atkan, bahkan itu ketidakmampuan dan kelemahan. Sementara perbuatan ini masih disebut malu, karena menyerupai malu yang disyari’atkan.” Dengan demikian, malu yang menyebabkan pelakunya menyia-nyiakan hak Allah Azza wa Jalla sehingga ia beribadah kepada Allah dengan kebodohan tanpa mau bertanya tentang urusan agamanya, menyia-nyiakan hak-hak dirinya sendiri, hak-hak orang yang menjadi tanggungannya, dan hak-hak kaum muslimin, adalah tercela karena pada hakikatnya ia adalah kelemahan dan ketidak-berdaya an. [Lihat Qawa’id wa Fawaid (hal. 182)]

Keberanian Sejati

Keberanian untuk berbuat baik adalah keberanian yang sebenarnya,
karena di sanalah terpancar sinar kebenaran,
ketulusan,
&
kelemah lembutan hati.

Keberanian untuk berbuat tidak baik akan menjadikan hati jauh dari kedamaian karena di sana sebenarnya bersemayam ketakutan akan bayangan kebenaran yang tak terbantahkan oleh nurani.